Home »
Kopperindo
»
Lebih 3.000 Koperasi di Aceh Tidak Aktif Banyak koperasi tidak berjalan baik atau tutup, karena tujuan pendiriannya hanya untuk mencari bantuan pemerintah.
Lebih 3.000 Koperasi di Aceh Tidak Aktif Banyak koperasi tidak berjalan baik atau tutup, karena tujuan pendiriannya hanya untuk mencari bantuan pemerintah.
Posted by Unknown
at Saturday, 8 August 2015
BANDA ACEH – Koperasi banyak berdiri di Indonesia termasuk di Provinsi Aceh, namun dari ribuan koperasi yang pernah berdiri, hanya sedikit yang tumbuh dan mensejahterakan anggotanya. Data yang dikeluarkan oleh Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Aceh menyebutkan, di Aceh terdapat 7.861 koperasi.
Dari jumlah itu, 3.682 koperasi yang tersebar di 23 kabupaten/kota di Provinsi Aceh berstatus mati atau tidak melakukan aktivitas.
“Kita sangat prihatin karena koperasi yang tidak aktif di atas jumlah rata-rata tingkat nasional. Di tingkat nasional prosentase koperasi yang tidak aktif hanya 30 persen,” ungkap Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Aceh, Mulyadi, Rabu (5/8).
Koperasi didirikan untuk meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan membantu masyarakat secara keseluruhan, namun jika banyak yang tidak aktif maka peningkatan kesejahteraan masyarakat akan terkendala. “Kita akan berusaha membuat berbagai program agar koperasi yang tidak aktif atau mati hidup kembali, termasuk memberikan modal,” ujar Mulyadi.
Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Aceh telah mendata koperasi yang tidak aktif. Sebagian besar karena pengurusnya tidak bekerja maksimal dan kehabisan modal.
Salah seorang tokoh masyarakat di Banda Aceh, Samsul Rizal menyebutkan, rata-rata koperasi tidak berjalan dengan baik atau tutup karena tujuan pendiriannya hanya untuk mencari bantuan pemerintah.
“Ketika ada kabar akan ada bantuan melalui koperasi, orang lalu ramai-ramai mendirikan koperasi. Tapi setelah bantuan cair dan dibagikan kepada anggota, koperasi tutup bahkan kadang-kadang, anggota koperasi itu keluarga pengurusnya sendiri,” sebutnya.
Hal sama disampaikan oleh Zulkarnaini, warga Kabupaten Aceh Besar yang pernah menjadi anggota koperasi. “Banyak koperasi yang didirikan untuk memperkaya keluarga pengurus. Ketika ada bantuan modal, hanya dinikmati oleh mereka, sementara anggota hanya numpang nama,” ungkap Zulkarnaini.
Sumber : Sinar Harapan