Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia, 90 juta dari total populasi Indonesia menggunakan internet. Dari jumlah tersebut, Indonesia memiliki sekitar 55,2 juta UKM tersebar di seluruh Nusantara. Lalu, apa hubungan dengan jumlah pengguna internet dan UKM tersebut?
"Fakta 90 juta pengguna internet artinya ada potensi besar untuk bisnis online alias e-commerce. Orang Indonesia juga sangat social media minded. Setidaknya dalam enam jam terakhir minimal ada satu post di media sosial. Di mana potensinya? Dari populasi 55,2 juta UKM, hanya 0,05% lakukan bisnisnya secara online. Dengan jumlah itu dibanding pengguna internet, gap atau potensi bisnisnya terlalu besar," ujar VP Marketing Elevenia Madeleine Ong di MarkPlus Center for Economy and Business, The Future of E-Commerce in Indonesia: How Far Can It Go di 88 Kasablanka Tower pada Kamis (30/7/2015).
Padahal secara ekonomi makro, UKM di Indonesia memiliki nilai pasar sebesar US$ 876 miliar dan berkontribusi terhadap 59,36% PDB ekonomi Indonesia. Hal yang kemudian menjadikan masyarakat Indonesia khususnya perkotaan mulai keranjingan jual beli online, termasuk dengan kian menjamurnya gerai online e-commerce.
Berkaca dari Elevenia saja, sejak berdiri pada Maret tahun lalu, total sales sudah mencapai 20 juta transaksi dan menargetkan lima kali lebih besar tahun ini. "Setelah satu tahun kami punya 13.000 penjual dengan 15.000 transaksi per hari. Total kami punya dua juta produk di gerai Elevenia. Perkembangannya sangat pesat, termasuk perkembangan bisnis seller-seller kami," bangga Madeleine.
Ia mencontohkan, salah seorang pancake durian di Elevenia sehari hanya bisa menjual sepuluh pancake. Masuk Elevenia, sehari penjualannya bisa menembus 1.000 buah. Bukan hanya makanan, penjualan motor di Elevenia pun pernah menembus 300 unit dalam satu bulan.
Di industri e-commerce ini, Elevenia tidak sendirian. Banyak brand-brand baru berdatangan baik dari luar Indonesia maupunberupa start up dalam negeri. Dengan perkembangan baru seumur jagung, Madeleine membagi fase saat ini sebagai waktu investasi, edukasi masyarakat, membangun trust, brand, sampai membangun ekosistem. Dua tahun lagi ekosistem akan semakin menguat, dan baru empat sampai lima tahun lagi akan terjadi persaingan sebenarnya dari setiap pelaku e-commerce.
"Untuk survive sampai waktu itu, para UKM harus punya prinsip bisnis yang jelas. Kelemahan nyata dari UKM yang awal mulanya offline menjadi online adalah mereka tidak bisa mengkurasi produk-produk mereka agar menarik di dunia maya. Pikiran mereka juga masih baru menjangkau area Jabodetabek untuk menjual. Padahal online memungkinkan produk mereka melanglang buana sampai luar Jawa. Paradigma itu harus diubah dengan edukasi," tutup Madeleine.