Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah bersama Bank Indonesia kian memacu pengembangan dan penyaluran kredit ke sektor usaha mikro, kecil, dan menengah dengan berencana memperbesar porsi pinjaman ke segmen tersebut dan memangkas bunga pinjaman pada tahun depan.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus D.W. Martowardojo mengatakan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terbukti tahan banting di tengah perlambatan pertumbuhan perekonomian. Melihat peluang tersebut, lanjut Agus, bank sentral memberi kelonggaran Giro Wajib Minimum bagi bank dengan kualitas kredit di sektor UMKM yang terjaga.
Selain itu, kami juga sedang bekerjasama dengan pemerintah terkait pemberian subsisi bunga untuk UMKM. Dan tahun 2016, pembiayaan UMKM akan diberi porsi lebih besar lagi dengan bunga di bawah 12%, ini strategi yang baik di tengah ekonomi yang sedang melemah, ujar Agus di Jakarta, pekan lalu.
Adapun, sepanjang tahun ini Bank Indonesia memproyeksikan pinjaman hanya akan tumbuh mencapai 11%-13%. Kendati hingga akhir paruh pertama tahun ini kredit baru bertumbuh sebesar 3% secarayear to date(y-t-d), Agus mengungkapkan pinjaman akan terakselerasi pada semester II/2015 disokong pembaikan investasi.
Dalam catatan Bisnis,Wakil Presiden Jusuf Kalla juga menuturkan akan kembali memangkas suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) pada tahun depan, setelah menurunkan bunga pinjamanwong ciliktersebut dari posisi 22% menjadi 12% pada tahun ini.
KUR tahun ini kami turunkan ke 12%, tahun depan 9%. Apapun risikonya kami lakukan, kata JK.
Ditekannya bunga KUR tersebut, lanjut JK, agar bunga bagi pengusaha kecil bisa lebih rendah dari kredit korporasi. Pokoknya berapapun subsidinya kami berikan, jelas dia.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawasan Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nelson Tampubolon mengakui penyaluran kredit ke sektor UMKM memang mengalami tekanan pada 4 bulan pertama tahun ini. Kendati demikian, menurutnya, secara keseluruhan segmen tersebut masih tetap menjadi penopang pertumbuhan ekonomi.
Untuk mendukung penyaluran kreditwong cilikini, lanjut Nelson, OJK bakal membentuk pusat pengembangan UMKM (PPUMKM) yang berpusat di masing-masing kantor daerah otoritas industri jasa keuangan tersebut. Adapun, pembentukan pusat pengembangan tersebut diperlukan karena masing-masing daerah memiliki karakteristik UMKM yang berbeda-beda. Dengan pemetaan ini, kata Nelson, perbankan bisa menyalurkan kredit pada sektor yang berpotensi bagus di tiap daerah.
Nanti PPUMKM akan ada di masing-masing daerah. Tahun ini bisa , ujar Nelson.
Adapun, dari data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dipublikasikan OJK menunjukkan hingga April 2015, kredit di sektor UMKM baru tumbuh sebesar 2% secara y-t-d dari Rp671,72 triliun pada Desember 2014 menjadi Rp688,29 triliun. Secara tahunan, pinjaman yang disalurkan bankir ke sektor tersebut tumbuh 9,7% y-o-y dari Rp627,52 triliun pada April 2014.
Jika dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan di segmen ini dalam empat tahun terakhir, rekaman peningkatan pinjaman ke UMKM hingga April 2015 tercatat menjadi yang paling lambat. SPI mencatat pertumbuhan kredit UMKM untuk posisi 2012, 2013, dan 2014 pada periode April masing-masing tumbuh di posisi 19,3%, 15,9%, dan 15,55% secara y-o-y.
Sementara itu, hingga April 2015, OJK juga merekam rasio kredit bermasalah di segmen UMKM mencapai 4,4% atau naik 66 basis poin dari 3,74% pada bulan yang sama tahun sebelumnya.
sumeber : bisns.com