Business Coach PT Formula Bisnis Indonesia Patricius Dion Widia memandang kondisi perekonomian Indonesia saat ini turut mempengaruhi keberadaaan UMKM di Indonesia.
Meskipun pada satu sisi melemahnya nilai tukar rupiah ini memberikan dampak positif terhadap aktivitas, namun pada kenyataannya pelaku usaha dihadapkan dengan kondisi melonjaknya sejumlah harga bahan baku di pasaran sehingga mereka terpaksa menaikan harga jual produknya ke konsumen.
“Dampak terburuk dari hal ini bisa menyebabkan banyak UMKM akan gulung tikar apalagi bila diperparah dengan diiukti menurunnya daya beli masyarakat,”paparnya.
Di sisi lain, sebagian UMKM justru bisa bernafas lega terutama mereka yang berbasis ekspor. Untuk jenis UMKM ini pemerintah sangat menyarankan dan mendorong mereka meningkatkan kinerja usahanya.
UMKM memang selayaknya tidak hanya berkutat di pasar nasional, apalagi kita semua tahu UMKM juga memiliki produk-produk yang layak bersanding di pasar global. Tentu saja hal ini terkait dengan bahan baku produksi yang bukan berasal dari impor. Dengan bahan baku lokal, akan menjadi sebuah keuntungan tersendiri karena di pasar global transaksi menggunakan dolar.
Bahkan, tidak sedikit UMKM yang memiliki kreativitas tinggi untuk menghasilkan produk-produk berkualitas berbasis sumberdaya dan budaya yang kreatif, dan mampu masuk dalam pasar global. Sehingga, pada saat krisis, mereka lebih mampu bertahan dibandingkan dengan UMKM yang tidak masuk pasar global.
“Pada saat krisis, peranan UMKM ini terlihat cukup signifikan ditunjukkan oleh pertambahan PDB terbesar berasal dari pengusaha kecil, kemudian diikuti oleh pengusaha menengah dan besar,” imbuhnya.
Hal lain yang juga membuat UMKM bisa bertahan adalah bahwa sebagian besar UMKM tidak mengandalkan pinjaman modal dari bank, malahan banyak yang memakai modal sendiri. Sehingga bila sektor perbankan terpuruk dan suku bunga pinjaman naik, hal ini tidak berpengaruh kepada UMKM.
Berbeda model bisnis, memang berbeda pula respons dan dampak yang dirasakan dalam setiap perkembangan ekonomi nasional. Meski demikian, bukan berarti pelaku usaha yang tidak menggunakan produk impor bisa terlena, karena risiko bisnis bisa berlaku kapan dan kepada siapa saja.
Berikut ini, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan oleh UMKM dalam mengadapi pelemahan rupiah dan ketidakstabilan ekonomi Indonesia:
Perbanyak kandungan bahan baku lokal
Kualitas bahan baku lokal saat ini cukup bisa diandalkan dan dapat menjadi bahan pengganti bahan impor sempurna bagi produk UMKM. Selain bisa menekan biaya, memakai bahan baku lokal menunjukan sikap menghargai dan mencintai produk dalam negeri.
Mulailah berpikir global
Para pelaku UMKM sudah bukan saatnya lagi hanya berkutat di pasar nasional. Sekarang sudah saatnya untuk memperluas jaringan untuk basis pengembangan ekspor hasil produksi UMKM. Untuk itu, pelaku UMKM perlu belajar mengenali lebih dalam terkait perilaku pasar global dan teknik ekspor produk.
Menggenjot volume produksi
Untuk yang sudah berbasis ekspor, inilah saat yang tepat untuk menggenjot volume produksi. Tentunya, harus dibarengi dengan perhitungan permintaan konsumen di luar negeri. Bila kesempatan ini bisa dimaksimalkan, maka keuntungan dari penguatan dolar bisa dirasakan dalam jangka panjang.
Tetap optimistis
Meskipun melihat bisnis di kanan-kiri mulai goyah, para pelaku usaha harus tetap optimistis. Pasalnya, Indonesia bukan satu-satunya negara yang nilai tukar mata uangnya melemah terhadap dolar. Bahkan negara-negara maju juga mengalami penurunan seperti Jepang, Kanada, Eropa hingga Australia.
Persiapkan diri menjelang MEA
Salah satu pasar yang sangat menjanjikan bagi UMKM adalah perdagangan bebas Masyarakat Ekonomi Asean. Pelaku usaha harus jeli memanfaatkan potensi pasar tersebut dengan memproduksi barang yang bisa diserap oleh konsumen di Asean.