Pertemuan B20 atau forum bisnis yang merupakan bagian dari rangkaian KTT G20 di Ankara, Turki, tahun ini menekankan soal pengembangan usaha kecil dan menengah,
UKM, sebagai salah satu faktor pendorong langkah pengurangan angka pengangguran yang jumlahnya mencapai 200 juta orang di seluruh dunia.
Menurut Ketua B20 yang juga merupakan Presiden Serikat Kamar Dagang Turki, Rifat Hisarciklioglu, tanpa adanya dukungan UKM akan sangat sulit mengatasi pengangguran di seluruh dunia. Namun UKM tidak mendapatkan perhatian yang layak, padahal sektor ini menyumbang 60 persen pada perekonomian global.
"Tanpa dukungan dari UKM, sulit usaha besar untuk berkembang. Selain itu UKM menciptakan lapangan pekerjaan," ujar Hisarciklioglu saat ditemui CNN Indonesia di Ankara, Kamis (3/9).
UKM merupakan salah satu dari enam gugus tugas yang dibentuk dalam pertemuan B20 tahun ini di Turki. Setiap gugus tugasnya diketuai dua orang yang berasal dari domestik dan internasional.
Gugus tugas lainnya yang saling terhubung adalah kepegawaian, perdagangan, infrastruktur dan investasi, perkembangan finansial dan anti-korupsi.
Untuk masalah pengangguran, Hisarciklioglu mengatakan bahwa 49 persen dari 200 juta pengangguran adalah generasi muda. Jika hal ini tidak ditangani maka akan berimbas perdamaian dan stabilitas dunia.
"Solusinya adalah mempekerjakan mereka di sektor swasta," ujar Hisarciklioglu.
Terkait gugus tugas perdagangan, Hisarciklioglu menyadari adanya tantangan besar bagi pelaku usaha, terutama UKM, untuk berkembang, salah satunya adalah hambatan perdagangan (trade barrier) yang diterapkan banyak negara.
Dia menjelaskan, sebelum krisis tahun 2008 perdagangan merupakan salah satu pendorong angka pertumbuhan. Namun krisis menyebabkan perdagangan merosot.
Sayangnya, untuk mengatasi krisis, banyak negara menghambat perdagangan dari luar demi menjaga produksi dalam negeri dan memulihkan diri dari krisis. Hal ini merugikan banyak pedagang dari negara lain sehingga mematikan usaha kecil.
"Mereka menciptakan hambatan perdagangan yang akhirnya menurunkan produksi dan menciptakan pengangguran," jelas dia.
Negara Negara anggota G20 yaitu: Indonesia, Argentina, Australia, Brasil, Kanada, China, Perancis, Jerman, India, Italia, Jepang, Meksiko, Rusia, Arab Saudi, Afrika Selatan, Korea Selatan, Turki, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni
Eropa, kata Hisarciklioglu, adalah yang terbanyak menerapkan penghambat ini.
"Bahkan dari 4.200 perkara dagang yang diajukan ke WTO, sebanyak 3.000 di antaranya melibatkan negara G20," kata Hisarciklioglu.
Pertemuan B20 tahun ini di Ankara adalah yang keempat kalinya setelah sebelumnya digelar di Perancis, Meksiko, Rusia dan Australia. B20 yang merupakan singkatan dari Bisnis 20 merupakan ajang tukar pikiran antar komunitas bisnis di berbagai negara serta mencari kesepakatan terkait isu penting soal dunia usaha,
B20 dianggap penting karena merupakan salah satu jembatan yang menyampaikan aspirasi pelaku usaha dengan pemerintah. Sejak pertama kali diadakan tahun 2010, B20 telah menelurkan lebih dari 400 rekomendasi untuk para pemimpin G20.
Sumber :Ankara, CNN Indonesia