Banyak yang menyatakan Indonesia bakal menjadi salah satu negara dengan pasar e-commerce terbesar di dunia. Populasinya yang besar membuat banyak pemain e-commerce dunia berlomba-lomba menginjakkan kakinya di Tanah Pertiwi. Hanya saja, sampai saat ini, tidak ada satu pun yang tahu secara pasti berapa nilai pasar e-commerce di Indonesia.
Wakil Ketua Bidang Penelitian & Standarisasi Indonesian Ecommerce Association (idEA) Jonathan Sofian Lusa mengatakan, hingga saat ini belum ada riset yang memastikan seberapa besar pasar e-commerce di Tanah Air. Namun, jika mengacu pada riset Google yang bekerja sama dengan IdEA dan TNS (Taylor Nelson Sofres), pasar e-commerce di Indonesia pada tahun 2013 mencapai US$ 8 miliar (Rp 94,5 triliun). Sedangkan pada tahun 2016 nanti, nilainya menggendut tiga kali lipat menjadi US4 26 miliar (Rp 295 triliun).
"Di sisi lain, survei Litbang Kompas menyatakan, pasar perdagangan elektonik Indonesia menembus Rp 145 triliun," ungkapnya saat menjadi pembicara dalam The 2nd Edition Transportation & Logistic Power Breakfast, di Philip Kotler Theater, Jakarta, Jumat, (12/6/2015).
Akibat adanya berbagai survei tersebut, sambung Jonathan, setidaknya memberikan dua dampak. Pertama, angka ini akan menjadi acuan Dirjen Pajak untuk menentukan pajak dari transaksi online. Kendati, Dirjen Pajak mengaku masih kesulitan dalam mendata pemain e-commerce di Indonesia. Kedua, survei-survei tersebut dapat menekan divisi pemasaran dan pengembangan bisnis suatu perusahaan e-commerce agar terus menggejot pendapatan. "Nilai pasarnya diprediksi tinggi, kok mengapa pendapatannya masih minim? Ini bisa membuat perusahaan e-commerce bingung," katanya.
Nilai pasar e-commerce Indonesia pun juga pernah dikemukakan oleh perusahaan konsultasi manajemen A.T Kearny yang bekerjasama dengan CIMB ASEAN Research Institute (CARI). Hasilnya pun tidak sefantastis hasil survei di atas. Di dalam laporan yang berjudul Lifting the Barriers to E-commerce in ASEAN, disebutkan bahwa pasar e-commerce Tanah Air tak kurang dari US$ 1,3 miliar (Rp 16,7 triliun).
Bahkan, pasar e-commerce di enam negara kawasan ASEAN (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Filipina), hanya bernilai US$ 7 miliar (Rp 89,9 triliun), atau menyumbang kurang dari 1% pasar e-commerce dunia.
Tebakan tersebut ternyata tak jauh berbeda dengan hasil survei konsultan teknologi Redwing-Asia yang bilang pasar belanja online dalam negeri pada tahun 2015 berkisar US$ 1 miliar (Rp 13,2 triliun) hingga US$ 10 miliar (Rp 132,9 triliun).
Di sisi lain, Kementerian Komunikasi dan Informasi juga tak luput memberikan penerawangannya. Berdasarkan rencana strategisnya, nilai transaksi e-commerce pada tahun 2014 tercatat US$ 12 miliar (Rp 150 triliun), dan diyakini menembus US$ 24 miliar (Rp 300 triliun) pada tahun 2016.
Angka-angka fantastis itu, kata Jonathan, memang tidak bisa dipastikan siapa yang paling mendekati benar. Sebab, pihaknya pun masih menunggu hasil riset idEA yang baru dilakukannya pada Maret 2015 lalu. "Kendati demikian, kita sepakat bahwa pertumbuhan e-commerce di Indonesia mencapai 200%-300%," ucapnya.
Menurut catatan Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet (APJI), dengan populasi 250 juta jiwa, penetrasi jumlah ponsel saat ini telah melebihi jumlah penduduknya, atawa mencapai 300 juta unit. Dari angka itu, 30%-nya atau 90 juta unit bertipe smartphone. Di sisi lain, pengguna Internet baru menembus 80-90 juta jiwa, yang mana 80%-nya mengakses Internet melalui ponsel.